Jumat, 23 Mei 2014

AT FIRST SIGHT


"Only Love Can Bring You To Your Senses" lah yang akhirnya disetujui untuk menjadi tags line film "At First Sight" besutan Irwin Winkler. Tak sempat diputar di bioskop-bioskop Indonesia pada 1999 silam. 


Anda pasti setuju dengan tags line nya bila menonton film ini. Singkatnya, ini tentang kisah pemuda buta yang sembuh dari kebutaan karena bantuan sang kekasih, seorang arsitek wanita yang perfeksionis. Namun setelah menjalani beberapa lama dengan mata baru,sang pemuda memutuskan untuk kembali hidup dalam kebutaan. Kembali meramaikan hidup dalam kegelapan. 



Mengapa? 



Bagi yang hobi berdebat dan berfilsafat tentang keadilan Tuhan, ada baiknya menonton film ini. Ada yang tanpak jelas ditonjolkan di sini, adalah Tuhan amat maha tahu tentang makhluknya. Melawan atau mengganti kehendak Tuhan demi tujuan membahagiakan justru mendatangkan sebaliknya. Virgil (Val Kilmer) si buta ternyata tak suka disehatkan matanya. Mungkin agak sedikit kecewa. Harapannya tentang keindahan dunia masih kalah jauh dari dunia dalam imajinasi, imajinasi yang menerangi kebutaan matanya. Ukuran kebahagian tentu berbeda pada setiap orang. Sang kekasih ingin Virgil mampu melihat, agar sama dengan orang lain, agar hidup lebih bahagia. Padahal sang kekasih lebih tepatnya ingin memakai ukuran bahagia yang dia inginkan. Dengan kalimat lain, Ia bahagia melihat Virgil mampu melihat. Ia bahagia Virgil dengan mata barunya mungkin akan memandang dirinya dengan penuh ketakjuban. Walaupun faktanya virgil ternyata tak bahagia. 



Haidar Bagir jum'at ini membahas kebahagian sederhana di radio Lite Fm. Dengan program acara Lite is beautiful, Haidar menyimpulkan bahwa kebahagiaan itu bisa dicapai dengan mengkalkulasi rahmat Tuhan yang mengalir pada kita. Sedikit pertanyaan saya ajukan melalui akun twitternya tentang apakah kita harus puas dengan apa yang ada ini tanpa harus sibuk meraih pencapaian pencapaian, Beliau menjawab "@Haidar_Bagir: Berlatihlah bahagia dalam keadaan apa pun. Kejar prestasi agar bisa lebih berbagi." that the point, pencapain itu dikejar bertujuan untuk berbagi, untuk membahagiakan orang lain. Karena hakikatnya kebahagiaan tertinggi ketika kita mampu bermanfaat buat orang lain. 



Pesan lain dalam film ini adalah, kita diajarkan untuk menetapkan kecantikan itu pada kebaikan hati seseorang. Maksudnya, seperti kita ketahui, Virgil yang buta matanya hanya bisa menterjemahkan bahwa yang namanya cantik (atau ganteng tentunya) itu adalah perhatian dan kasih sayang melimpah yang disodorkan manusia. Kekasihnya dan kakak wanitanya membanjirinya dengan itu. Makanya dalam benak Virgil keduanya adalah wanita cantik. Jadi perempuan cantik tak sekedar diukur dari paras wajahnya, tapi bagaimana paras hatinya. Seperti Muhammad Iqbal berkata, "warna biru bukan kualitas yang ada pada langit. Biru adalah sekedar sensasi yang direkam benak kita." Dan perekaman itu telah dipertahankan selama berabad-abad. Seperti yang kita ketahui konsep itu akan selamanya juga menjadi tak objektif, karena tak mungkin kita menyamakan persepsi. 



Sekali lagi, Tuhan maha adil, maha tahu, dan maha baik dalam memutuskan menjadi seperti apa idealnya seorang hamba. Yang perlu kita lakukan adalah bersyukur. 



"And when you see what's real about yourself, then you've seen a lot ... And you don't need eyes for that ..." (Virgil) 



Absb 230514

Tidak ada komentar:

Posting Komentar