"Aha. Look what I've created! I have made FIRE"
Girang banget ya... Cuma buat api doang padahal. Tapi begitulah Chuck
Noland merasakan kebahagiaan tiada tara ketika mampu membuat api setelah
beberapa hari terdampar di pulau pesisir pantai tanpa ada satupun
manusia lain. Dalam drama Cast Away, Tom Hank yang memerankan Chuck
Noland dengan cemerlang menyajikan tontonan yang inspiratif. Setidaknya ada bebera hal yang bisa kita petik dari film tahun 2000 ini, antara lain:
- Film ini menyadarkan kita bahwa manusia adalah makhluk yang berakal.
Kepasrahan tanpa mengupayakan akal terlebih dahulu akan melahirkan
kekonyolan. Didahulukan karena akal prioritas bagi manusia. Akal yang
menyebabkan Tuhan menciptakan manusia dan alam semesta ini. Akal yang
menyebabkan Tuhan menginstrusikan malaikat untuk sujud kepada manusia.
Bayangkan saja, berapa banyak waktu yang dihabiskan untuk membuat api
bila niat membuat secangkir kopi. Belum lagi harus menumbuk kopinya.
Peran serta akal membuat hidup menjadi praktis dan cepat. Tidak hanya
itu, yang terpenting dari semua itu, akal menciptakan kebahagian. Chuck
Noland seketika menanggalkan nestapa nya sesaat setelah dia berhasi
menciptakan api. Para peneliti yang berusaha menemukan sesuatu yang baru
rela tak dibayar hanya karena demi sebuah kenikmatan menciptakan hal
baru itu. Itulah sebabnya protes malaikat akan penciptakan manusia tak
dihiraukan Tuhan. "Aku lebih tahu daripada kamu," kata Tuhan.
Yang kedua, ternyata kebahagiaan seseorang tak bisa diukur, seremeh atau
serumit apapun itu. Bentuk, model atau rupa kebahagiaan setiap orang
berbeda beda dan sekali lagi tak boleh ditertawakan. Ada yang bahagia
dengan membenamkan tubuh di miliaran pasir pantai. Namun ada juga yang
senang luar biasa ketika berhasil menancapkan bendera di puncak everest.
Dengan begitu setiap laku pilihan hidup seseorang harus dilihat dari
seberapa bahagia dia menjalankan dan menerima apapun dalam hidup ini.
Lalu bijaknya menghormati setiap pilihan itu.
Yang ketiga,
akan lebih sufistik. Chuck Noland berusaha tetap hidup, dengan
mendayagunakan akal dan merangsang jiwa bahagia agar tetap hidup. Agar
bisa kembali pulang. Biar bisa memeluk dengan penuh cinta kekasih
tersayang. Ternyata, bahagia bisa membuat api, atau bisa menombak ikan
adalah kebahagiaan taraf rendah. Puncak kebahagiaan tertinggi adalah
menerbitkan rasa cinta yang telah lama terbenam. Kebahagiaan tertinggi
adalah menghancurkan rasa rindu yang menguasai jiwa. Kebahagiaan
tertinggi adalah menatap mata kekasih dan membelai penuh kasih rambut
kekasih. Aha like password to heaven. Tapi tak disangka sangka sang
kekasih telah dimiliki seseorang dan tak menyisakan tempat bagi Chuck
Noland. Chuck kecewa.
Harusnya mencintalah kepada yang selalu
Ada untuk dicinta dan membalas cinta. Dialah Zat yang dirindukan
perjumpaan denganNya seperti kerinduan bayi pada puting ibunya. Kita
seperti tersesat dibelantara sunyi, yang difasilitasi akal dan jiwa
suci. Merangkak, berjalan dan berlari untuk kembali pulang dengan penuh
harap dinanti dengan penuh cinta. "Langit hanya dalam batin kita,
tersimpan setia dari lembah-lembah dimana kau dan aku lahir, semakin
biru dalam dahaga", kata Sapardi Djoko Damono. Dahaga sudah semakin
menyesakkan, seperti rindu. Semakin hari karena rindu, semakin dahaga,
Ia semakin segar, semakin menawan, semakin biru. Terlalu indah. Bagi
para sufi kembali pulang ke bumi setelah asyik di langit adalah sebuah
kekonyolan. Tapi Rasul Muhammad bukan tandingan para sufi. Muhammad
kembali setelah Mi'raj hanya untuk mengabarkan bahwa persiapkan bekal
untuk kesana. Rasul adalah manifestasi kecintaan Ilahiah di bumi. Ia
harus turun ke bumi mengabarkan bahwa cinta Tuhan kepada hambanya
terlalu amat besar. Seolah Tuhan terlalu rindu akan kepulangan hambanya
yang suci.
Dengan begitu mari kita persiapkan diri untuk
pulang menemui kekasih yang tak mungkin membuat kita kecewa walaupun Dia
menduakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar