Minggu, 17 Agustus 2014

Cast Away

"Aha. Look what I've created! I have made FIRE"

Girang banget ya... Cuma buat api doang padahal. Tapi begitulah Chuck Noland merasakan kebahagiaan tiada tara ketika mampu membuat api setelah beberapa hari terdampar di pulau pesisir pantai tanpa ada satupun manusia lain. Dalam drama Cast Away, Tom Hank yang memerankan Chuck Noland dengan cemerlang menyajikan tontonan yang inspiratif. Setidaknya ada bebera hal yang bisa kita petik dari film tahun 2000 ini, antara lain:

- Film ini menyadarkan kita bahwa manusia adalah makhluk yang berakal. Kepasrahan tanpa mengupayakan akal terlebih dahulu akan melahirkan kekonyolan. Didahulukan karena akal prioritas bagi manusia. Akal yang menyebabkan Tuhan menciptakan manusia dan alam semesta ini. Akal yang menyebabkan Tuhan menginstrusikan malaikat untuk sujud kepada manusia. Bayangkan saja, berapa banyak waktu yang dihabiskan untuk membuat api bila niat membuat secangkir kopi. Belum lagi harus menumbuk kopinya. Peran serta akal membuat hidup menjadi praktis dan cepat. Tidak hanya itu, yang terpenting dari semua itu, akal menciptakan kebahagian. Chuck Noland seketika menanggalkan nestapa nya sesaat setelah dia berhasi menciptakan api. Para peneliti yang berusaha menemukan sesuatu yang baru rela tak dibayar hanya karena demi sebuah kenikmatan menciptakan hal baru itu. Itulah sebabnya protes malaikat akan penciptakan manusia tak dihiraukan Tuhan. "Aku lebih tahu daripada kamu," kata Tuhan.

Yang kedua, ternyata kebahagiaan seseorang tak bisa diukur, seremeh atau serumit apapun itu. Bentuk, model atau rupa kebahagiaan setiap orang berbeda beda dan sekali lagi tak boleh ditertawakan. Ada yang bahagia dengan membenamkan tubuh di miliaran pasir pantai. Namun ada juga yang senang luar biasa ketika berhasil menancapkan bendera di puncak everest. Dengan begitu setiap laku pilihan hidup seseorang harus dilihat dari seberapa bahagia dia menjalankan dan menerima apapun dalam hidup ini. Lalu bijaknya menghormati setiap pilihan itu.

Yang ketiga, akan lebih sufistik. Chuck Noland berusaha tetap hidup, dengan mendayagunakan akal dan merangsang jiwa bahagia agar tetap hidup. Agar bisa kembali pulang. Biar bisa memeluk dengan penuh cinta kekasih tersayang. Ternyata, bahagia bisa membuat api, atau bisa menombak ikan adalah kebahagiaan taraf rendah. Puncak kebahagiaan tertinggi adalah menerbitkan rasa cinta yang telah lama terbenam. Kebahagiaan tertinggi adalah menghancurkan rasa rindu yang menguasai jiwa. Kebahagiaan tertinggi adalah menatap mata kekasih dan membelai penuh kasih rambut kekasih. Aha like password to heaven. Tapi tak disangka sangka sang kekasih telah dimiliki seseorang dan tak menyisakan tempat bagi Chuck Noland. Chuck kecewa.

Harusnya mencintalah kepada yang selalu Ada untuk dicinta dan membalas cinta. Dialah Zat yang dirindukan perjumpaan denganNya seperti kerinduan bayi pada puting ibunya. Kita seperti tersesat dibelantara sunyi, yang difasilitasi akal dan jiwa suci. Merangkak, berjalan dan berlari untuk kembali pulang dengan penuh harap dinanti dengan penuh cinta. "Langit hanya dalam batin kita, tersimpan setia dari lembah-lembah dimana kau dan aku lahir, semakin biru dalam dahaga", kata Sapardi Djoko Damono. Dahaga sudah semakin menyesakkan, seperti rindu. Semakin hari karena rindu, semakin dahaga, Ia semakin segar, semakin menawan, semakin biru. Terlalu indah. Bagi para sufi kembali pulang ke bumi setelah asyik di langit adalah sebuah kekonyolan. Tapi Rasul Muhammad bukan tandingan para sufi. Muhammad kembali setelah Mi'raj hanya untuk mengabarkan bahwa persiapkan bekal untuk kesana. Rasul adalah manifestasi kecintaan Ilahiah di bumi. Ia harus turun ke bumi mengabarkan bahwa cinta Tuhan kepada hambanya terlalu amat besar. Seolah Tuhan terlalu rindu akan kepulangan hambanya yang suci.

Dengan begitu mari kita persiapkan diri untuk pulang menemui kekasih yang tak mungkin membuat kita kecewa walaupun Dia menduakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar